Saturday, January 20, 2018

Hakikat Manusia (Haqiqatul insaan)



 Hasil gambar untuk Hakikat Manusia (Haqiqatul insaan)
Hakikat Manusia (Haqiqatul insaan)
حقيقت الإنسان

Hakikat manusia jika dirangkum dari dalil-dalil yang ada, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Makhluk (yang diciptakan)
Sebagai makhluk, ia diciptakan di atas fitrah Islam sebagaimana makhluk-makhluk yang lain. Sebagai manusia dia tidak pernah menjadi malaikat yang tercipta dari cahaya. Namun ia juga bukan iblis yang tercipta dari api. Dilihat dari fisiknya, ia termasuk makhluk lemah, memiliki banyak sekali keterbatasan dan kekurangan. Ia juga bodoh. Sepandai-pandainya manusia, ia tetap tidak dapat mengetahui rahasia yang belum Allah bukakan untuknya. Ia juga tidak dapat berdiri sendiri. Bahkan untuk kelangsungan hidupnya saja manusia sangat bergantung kepada pihak lain.

2. Mukkaram (yang dimuliakan)
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” (QS. At Tiin: 4)
Betapapun ia tercipta dari tanah liat atau air hina, akan tetapi Allah menghendaki agar ia menjadi makhluk yang mulia. Hanya bestatus sebagai manusia saja, orang sudah dipanggil al-mukkaram [yang dimuliakan]. Ini menunjukkan kekuasaan Allah yang absolut. Dengan kekuasaan-Nya, makhluk yang tercipta dari tanah itu mendapat tiupan ruh dari Allah swt. Di samping itu Allah juga memberikan berbagai kelebihan padanya. Dalam hal penciptaan, ia diciptakan dengan penciptaan yang paling sempurna. Akal merupakan kelebihannya yang paling istimewa. Bukan hanya itu, alam semesta ini pun Allah tundukkan untuknya.

3. Mukallaf (yang diberikan beban)
"Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan Khalifah dimuka bumi"………. (QS. Al Baqarah: 30)
"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku" (QS. Ad Dzariyat: 56)
Sebagai makhluk yang telah di istimewakan dengan berbagai kelebihan, manusia tidak dibiarkan tanpa tugas dan tanggung jawab. Nikmat penciptaan dan berbagai kelebihan itu harus disyukuri dengan melakukan ibadah secara benar dengan segala ketundukan dan keihklasan kepada Allah yang telah memberikan nikmat-nikmat itu kepadanya. Potensi besar yang diberikan kepadanya itu juga dimaksudkan agar ia mampu mengelola bumi ini mewakili Allah mengatur kehidupan sesuai dengan yang dikehendaki-Nya. sebagai khalifah ia tidak boleh bertindak sekehendaknya.
4. Mukhayyar (yang bisa memilih)
"Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir." (QS. Al Insan: 3)
Kalau Allah menghendaki, manusia diciptakan tanpa akal dan fikiran sehingga ia tidak dapat memilih apa yang hendak ia lakukan. Keistimewaan hati dan akalnya itu, manusia menjadi makhluk pilihan sehingga ia bebas memilih dan menentukan nasibnya sendiri. Akal dan kebebasan ini sebenarnya adalah ujian. Bila ia menggunakan akal dan hatinya dengan baik, ia akan beriman kepada Allah. Bila ia kemudian sombong dan menutupi nikmat itu, ia akan mengidap kekafiran. Orang kafir adalah musuh Allah.

5. Majziy (yang diberikan balasan)
"Barang siapa yang mengerjakan amal kebaikan seberat dzarrah pun niscaya dia akan mendapatkan balasannya. Dan barang siapa yang mengerjakan amal kejahatan seberat dzarrah pun niscaya dia akan mendapatkan balasannya pula" (QS. Az Zalzalah: 7 – 8)
Keberadaannya sebagai makhluk yang diberi kebebasan untuk memilih itu bukan tanpa konsekuensi. Sesungguhnya nikmat-nikmat yang telah dia terima sejak awal penciptaan, berbagai kelebihan yang tidak diberikan kepada makhluk lain, dan tugas yang dibebankan kepadanya itu akan diperhitungkan oleh Allah. Usainya keberadaan manusia di dunia, Allah akan memberikan balasan secara adil dan proporsional di akhirat berupa surga atau neraka. sebagian dari balasan itu kadang diberikan di dunia. Satu kebaikan akan mendapat balasan sepuluh kali lipat kebaikan atau berlipat-lipat sebagaimana yang Allah kehendaki. Demikian pula yang buruk, ia akan mendapat balasan yang setimpal. Wallahu a'lam

No comments: