Thursday, March 1, 2018

TAKE IT EASY, YOU'RE NOT A PLATE OF PIZZA

TAKE IT EASY, YOU'RE NOT A PLATE OF PIZZA
✏By Agustina Djihadi

Sebenarnya sudah sejak 2015 keluarga fenomenal yang menyebut dirinya Gen Halilintar dikenal sebagai selebriti. Buku-bukunya best seller, akun youtube keluarga ini di-subscribe jutaan penggemar, bahkan TransTV pernah membuat program khusus mereka. Namun saya baru satu bulan terakhir benar-benar merasa terinspirasi dan follow berbagai akun sosial media keluarga fenominil ini.

Adalah Pak Halilintar dan Bu Geni ๐Ÿ’‘, sosok orangtua sukses pencinta travelling dengan 11 orang anak ๐Ÿ‘ฆ๐Ÿ‘ง๐Ÿ‘ฆ๐Ÿ‘ง๐Ÿ‘ฆ๐Ÿ‘ง๐Ÿ‘ฆ๐Ÿ‘ง๐Ÿ‘ฆ๐Ÿ‘ง๐Ÿ‘ง yang juga sangat luar biasa. Pasangan ini berpendidikan tinggi, hobi travelling sekeluarga ke berbagai negara di dunia (Anaknya lahir di berbagai kota dan negara), kaya raya, namun anak-anaknya mandiri dengan memegang job desc sendiri dirumah dan pegang bisnis sendiri. Pembantu? Nehi-nehi dandy๐Ÿ––. Tidak ada seorangpun pembantu rumah tangga dalam rumahnya yang sangat besar di Pondok Indah Jakarta Selatan ๐Ÿค, masing-masing anak in charge masing-masing area, ada yang berperan sebagai chef ๐Ÿž๐Ÿ”, operator laundry ๐Ÿ‘—๐Ÿ‘•, nursing ๐Ÿ’Š, maintenance ๐Ÿ› , housekeeping๐Ÿ—‘ dan para assistant house-keeping๐Ÿšฝ. Udah kaya hotel, gaes.


Muhammad Attamimi Halilintar alias Atta๐Ÿ‘ฆ, anak pertama keluarga ini, bertugas sebagai captain bagi adik-adiknya. Di usianya yang sekarang baru 23, Atta merupakan pengusaha sukses di bidang travel, penerbitan, fashion dan bidang-bidang lain. Dia juga youtuber yang sangat happening. Melihat episode-episode youtube Atta yang menarik dan inspiratif, saya sering iseng turut membaca kolom komentar. Banyak yang memuji, sebagian besar para cewek ABG yang terpesona dengan Atta yang cool, namun ada pula sebagian yang berkomentar sinis.

“Ya iyalah, dia bisa jadi pengusaha karena orangtuanya kaya”.

“Coba kalo dia anak orang miskin, darimana dia punya modal buat bisnis?”

“Apa istimewanya punya anak 11, kan mereka kaya? Yang hebat itu orangtua yang miskin punya anak 11, karena tingkat kesulitannya tinggi”.

Sampai yang memaki-maki, bahwa Atta norak, sok keren, konten vlognya tidak berkualitas, dan lain-lain.

Maha sotoy netizen dengan segala kejulidannya ๐Ÿ˜ช๐Ÿ˜ด.

Tipikal anak-anak muda yang tidak bisa mengendalikan rasa iri hatinya, bukannya mengambil pelajaran dari kesuksesan teman sebayanya. Tanpa mereka tau, keluarga ini bukan  keluarga yang kaya raya sejak awal, melainkan sudah mengalami pahit getir kebangkrutan, kegagalan, gak punya duit bahkan untuk bayar bis ke sekolah semasa mereka tinggal di Malaysia, hingga Atta memutuskan untuk jualan sandwich di sekolahnya saat baru kelas 5 SD. Anak SD yang jualan sandwich ๐ŸŒฎ BUKAN  dalam rangka Market Day seperti anak-anak kita, melainkan benar-benar nyari uang buat makan. Di kelas 5 SD, Atta mulai jualan handphone ๐Ÿ“ฑ. Di usia 12 tahun, ia berjualan gadget professional secara online, and guess what. Di usia 13 tahun, dia memecah rekor, sebagai penjual handphone yang meraup omzet satu milyar rupiah. Merry Riana lewatttt. Apalagi kita, di umur 13 tahun, baru bisa minta-minta duit ke orangtua buat jajan mie ayam pas Bimbel, atau buat makan ke KFC sama temen se-gank, dan itu aja udah merasa keren banget. Maafkan masa muda kami ya Allah
*tutup muka pake panci ๐Ÿ™‰๐Ÿ™ˆ

Atta lalu memutuskan berjualan yang lebih mahal lagi, yaitu jualan MOBIL gaes! Sampai orang-orang yang mau beli mobilnya terkaget-kaget dilayani oleh seorang remaja usia 13 tahun. Dalam satu bulan Atta  pernah menjual sampai 13 unit mobil.

Pak Halilintar dan Bu Geni juga kadang mendapat komen julid dari netizen kurang piknik. Saat syuting dirumahnya yang mewah, mereka disebut riya, sok tajir endesbrei endesbrei. Bukannya melihat dan terinpirasi dari bagaimana couple ini bisa mendidik ke-11 anaknya sampai masing-masing punya bakat yang luar biasa plus bisnis sendiri-sendiri, masih aja ada netizen gak waras yang cuma bisa ngomel-ngomel ๐Ÿ™ˆ.

Apakah keluarga ini meladeni komentar-komentar julid ga penting tersebut?

Enggak. Mereka tetap produktif berkarya, menuangkan gagasan-gagasan baru, tetap kompak diluar dan dalam layar, tetap travelling ke berbagai belahan dunia hingga netizen yang sirik makin sirik LOL, bahkan Atta dinobatkan sebagai salah satu icon anak muda sukses,  pengusaha dengan tingkat akselerasi yang mengagumkan, menjadi inspirator di banyak talkshow, namun tetap rendah hati dan  sering menyebut dirinya adalah seorang “Pedagang” saja.

Tapi begitulah sepertinya hidup. Siapapun manusianya, mau seluar biasa apapun, tetap saja ada yang julid. Apalagi kita-kita ini yang luar biasa juga enggak, cuma biasa diluar ๐Ÿ™Š๐Ÿ˜†✌.

Kurang gigih apa seorang Atta menancapkan posisinya sebagai pengusaha di usianya yang belia, masih dikata-katain bahwa ini semata karena dia anak orang kaya.

Kurang hebat apa Pak Hali dan Bu Gen membesarkan 11 anak dari nol nggak punya apa-apa, sampai bisa punya asset triliunan dan anak-anaknya semuanya baik akhlaknya, berprestasi, namun punya basic agama yang kuat (disalah satu episode diceritakan bahwa mereka ga boleh pacaran bahkan ketemu lawan jenis berdua saja), namun masih dibilangin begini dan begitu. Apa dipikir netizen, praktek parenting kelas kakap begini bisa dipelajari lewat seminar parenting 2 jam doang?! Padahal parenting is not a piece of cake, not a bar of silverqueen, not even a slice of cheese cake ๐Ÿ˜ช.

Kita perlu contoh hal ini. Komentar toksik dari  mereka yang bahkan mengenal kitapun tidak, tidak perlu membuat kita kecil hati lalu berhenti berbuat baik, karena ibarat pertandingan sepak bola di TV, kadang komentator lebih terlihat expert dari yang main, man ๐Ÿ˜‘.

Seorang wanita dikomentari karena belum menikah di usia matang,
“Pilih-pilih pasangan sih makanya ga kawin-kawin”.

Seorang laki-laki yang berniat menikahi seorang janda dikomentari,
“Kok mau sama janda, kaya ga ada yang masih perawan aja”.

Sepasang suami istri yang belum dikarunia anak dikomentari,
“Ga usaha buat punya anak ya? Mau sampai kapan menunggu?”.

Seorang perempuan yang dulunya manajer di perusahaan asing dengan gaji puluhan juta, lalu menikah dengan laki-laki yang menginginkannya resign agar fokus mengasuh anak, dikomentari, “Kamu ga sayang meninggalkan karir cuma buat jadi ibu rumah tangga? Ga sayang sama ijazah master kamu yang diperoleh dengan susah payah?”.

Seorang ibu pekerja yang kerjaannya dinas kemana2 juga sering dikomentari,
"Ga takut ntar dah tua ditinggalin anak ya, soalnya sekarang anaknya ditinggal2".

Kita akan selalu dihadapkan pada komentar, baik yang mendukung maupun mencela, itu biasa. Namun cara kita meresponnya itu yang menentukan mau seperti apa hidup kita๐Ÿ‘Œ. Kitalah yang putuskan mau down dengan komentar orang dan membiarkan hidup kita didikte ekspektasi orang lain, atau memutuskan menjadi pilot bagi hidup kita sendiri dan menjalani hidup yang memang kita desain sendiri. That’s all on your own choice, at your own risk ๐Ÿ˜Ž.

Jangan down dan menyerah melakukan kebaikan dalam hidup kita bahkan saat kebaikan itu dianggap sebelah mata. Jangan jawab dengan, “Oke, saya emang jelek! Puas kamu hahh?”, lalu memutuskan untuk benar-benar melakukan kejelekan karena frustrasi. Jangan. Kita yang rugi.

Kapanpun kita merasa rendah diri dan merasa buruk setelah dikomentari orang yang tidak kenal kita dengan baik, ingatlah kita tidak bisa menyenangkan tiap orang karena memang kita bukan a plate of pizza with that delicious mayonnaise๐Ÿ•๐Ÿ•.
Kita manusia biasa dengan segala kekurangan, wajar ada yang suka dan tidak. Jika manusia semulia Nabi saja dimusuhi, duileee apalagi kita ini yang cuma serpihan kotoran item di kuku yang udah 2 minggu ga digunting, cuma remah-remah kemplang Palembang di kaleng Kong Guan, cuma sisa-sisa potongan cabe rawit di dasar botol cuka pempek yang udah hampir abis, cuma sisa-sisa daging rendang yang nyelip di sela-sela gigi yang jarang-jarang karena kurang kalsium. Sangat wajar jika banyak yang memandang hina dina. Namun saat itulah, keikhlasan kita untuk tetap melanjutkan apa yang sudah kita yakini menjadi ujiannya. Don't give it a damn, just dont ๐Ÿ––.

Jika Pak Hali dan Bu Gen mengambil hati atas kritik orang, mungkin mereka akan stop menulis buku. Tapi tidak. Mereka kini telah mempublish bukunya yang ketiga dan laris manis sejak dilaunching.

Jika Atta mengambil hati atas caci maki orang, mungkin dia akan stop berkreativitas. Tapi tidak. Dia kini bahkan menjadi seorang influencer penting di media sosial dan menjadi salah satu youtuber dengan penghasilan terbesar di Indonesia. Satu hal yang mungkin para pencelanya tidak bisa lakukan.

Menjadi apapun kita, ingatlah bahwa tetap  ada kemungkinan ada yang kurang setuju. Gapapa ๐Ÿ‘Œ.

Sebaik apapun kita menjalani peran kita sebagai pekerja, sebagai istri, ibu, dan anggota masyarakat, ingatlah bahwa tetap ada kemungkinan yang tidak sependapat dengan kita. Ga jadi masalah ๐Ÿ‘Œ.

Sekuat apapun effort kita untuk menjadi orang yang lebih baik, ingatlah bahwa tetap ada kemungkinan orang tidak simpati. Thats okay ๐Ÿ‘Œ

Sekeren apapun prestasi yang berusaha kita ukir, ingatlah bahwa tetap saja ada kemungkinan orang menganggap its nothing. Well that’s life, Gaes ✌.
Fokus saja pada mereka yang mendukung kita, yang memang mengenal kita dengan baik, yang tidak hanya tau nama kita tapi juga cerita kita.

So keep moving and take it easy ๐Ÿ˜‰.
You know now, you can't please everyone because you’re NOT a plate of pizza ๐Ÿ˜Ž✌.

Palembang, 27 Februari 2018
Salam manis dari saya yang mirip sama Shofwa Halilintar
(Lalu dirajam netizen)

No comments: