Tuesday, March 13, 2018

Tumbal-Tumbal Infrastruktur Jokowi

*Tumbal-Tumbal Infrastruktur Jokowi*


[PORTAL-ISLAM.ID] Tanda-tanda bahwa proyek infrastruktur juga akan mengalami kegagalan membayang di pelupuk mata, seiring banyaknya terjadi kecelakaan kerja. *Proyek infrastruktur ialah pertaruhan terbesar bagi masa depan politik Jokowi.* Bila proyek ini juga gagal, lantas apalagi yang dapat dijual Jokowi kepada para pemilih?
Pemerintah hasilnya tetapkan untuk *menghentikan sementara semua proyek infrastruktur dalam skala besar.* Banyaknya kecelakaan, bahkan hingga meminta korban nyawa, mengatakan ada yang salah dengan proyek ini.
*_“Dalam dua tahun ada 14 kali kecelakaan. Ono opo?,”_* tanya _Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR)_ *Basuki Hadimuljo* masygul.

Keputusan pemerintah walaupun terlambat, patut diapresiasi. Ambruknya *cetakan beton kepala pilar* _(bekisting pierhead)_ di proyek jalan tol *Bekasi-Cawang-Kampung Melayu (Becakayu)* yang menjadikan *tujuh orang pekerja terluka* (20/2) memaksa Pemerintah harus segera bertindak.
Bila dihitung dalam *lima bulan terakhir* saja, ada *11 kecelakaan terjadi,* atau lebih dua kali dalam sebulan. Sejauh ini setidaknya sudah ada *delapan* nyawa yang melayang sia-sia, menjadi korban, tumbal sebuah pembangunan. Para korban tewas tersebar di *Jakarta,* *Bogor,* *Pasuruan,* *Cengkareng* dan *Palembang.*
Kecelakaan terparah terjadi ketika sebuah _crane_ proyek pembangunan *rel dwiganda* _(double-double track)_ di *Jatinegara, Jakarta Timur* (4/2) yang menjadikan *empat pekerja tewas.*
Sehari kemudian (5/2) drama tragis dan horor terjadi ketika *tembok beton underpass di Jalan perimeter Bandara Soekarno-Hatta* ambruk dan menimpa kendaraan beroda empat yang melintas. *Dua orang karyawan perempuan* yang berada di dalam kendaraan beroda empat tersebut terjebak lebih dari 10 jam. Keduanya berhasil dievakuasi, namun satu orang tewas alasannya ialah luka dan dehidrasi.
*Menteri Basuki* menemukan fakta ada kesalahan teknis dalam pembangunan proyek underpass tersebut dan pribadi menyurati Menteri Perhubungan biar dibongkar.
Sebenarnya jikalau mengikuti saran banyak kalangan, aneka macam kecelakaan tersebut tidak perlu terjadi. Menteri PUPR juga tidak perlu bertanya dengan nada heran dan murung *_“Ono opo?”_* alias *_"Ada apa?"_* Sudah semenjak awal aneka macam proyek infrastruktur dikebut, tanpa perhitungan yang cukup matang, termasuk dari *perencanaan anggarannya.*
_Pengamat Ekonomi_ *Faisal Basri* semenjak beberapa bulan kemudian sudah mengingatkan, biar ditunda. Dia menilai *pembangunan infrastruktur pemerintahan Jokowi dilakukan secara ugal-ugalan, tanpa mempertimbangkan pengelolaan anggaran yang baik.*
Seperti ungkapan tanya *_"Ono opo?"_* *"ugal-ugalan"* ialah kosa kata yang berasal dari bahasa Jawa. Menurut *Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)* ialah *perbuatan kurang senonoh, kasar, kurang latih dan nakal.*
Faisal menilai semuanya dilakukan dengan *ambisi untuk mengejar target.*
*_“Tidak dapat kerja hanya dengan modal ambisi. Uang tidak tiba dari langit,”_* tegasnya.
Berdasarkan data dari *Kementrian Keuangan* dalam tiga tahun terakhir *(2015-2017),* Pemerintah mengalokasikan *dana infrastruktur* sebesar *Rp 913,5 triliun.* Pada *APBN 2018,* dana infrastruktur kembali *naik menjadi Rp 410,7 triliun.*
Dana infrastruktur menyerap anggaran terbesar di *APBN* pemerintah *(19%),* dan hanya kalah dibandingkan dengan *anggaran pendidikan (20%).* Itupun kata _Menteri Keuangan_ *Sri Mulyani masih kurang besar.*
_Ketua Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia_ *Tulus Abadi* menilai *cara pemerintah membangun infrastruktur menyerupai sopir angkot* yang kejar setoran. *_“Yang penting selesai, tanpa mengutamakan keselamatan, keamanan dan kenyamanan penumpangnya,”_* tegasnya.
Berbagai kecelakaan tersebut berdasarkan _Ketua Masyarakat Infrastruktur Indonesia_ *Harun Al Rasyid Lubis* ialah fenomena gunung es. *_“Ada kesalahan sistem. Akar masalahnya sangat mendasar. Bisa jadi passive factor terkait manajemen. Bukan sekadar active factor jikalau melihat dari man-machine interaction,”_* tuturnya.
Sebagai fenomena gunung es, _Sekjen DPP PAN_ *Eddy Soeparno* mengkhawatirkan bila proyek tersebut terus dilanjutkan, *tidak hanya berbahaya bagi para pekerja, tapi juga para penggunanya di kelak kemudian hari.* Bila itu yang terjadi dampaknya akan sangat fatal.
Salah satu pola bahwa pembangunan infrastruktur dilakukan secara ugal-ugalan ialah munculnya keluhan dari _Gubernur DKI_ *Anies Baswedan.* Ada *10 proyek infrastruktur di DKI* yang dilaksanakan *tanpa mengajukan analisa mengenai pengaruh lingkungan kemudian lintas* _(Amdal Lalin)._ Akibatnya terjadi kemacetan kemudian lintas luar biasa menjadi pemandangan sehari-hari di Jakarta.
*Sepuluh proyek yang dituding Anies tidak memiliki amdal lalin* antara lain, *flyover Pancoran,* *flyover Cipinang-Lontar,* *flyover Bintaro,* *underpass Mampang-Kuningan,* *underpass Kartini,* *underpass Matraman,* *LRT Cawang-Dukuh Atas,* *LRT Velodrome-Kelapa Gading,* *pembangunan ruas tol dalam kota koridor Sunter-Pulogebang,* *pembangunan tol Depok-Antasari,* serta *tol Becakayu.*
Ketika meresmikan tol Becakayu, Presiden Jokowi membantah tudingan tersebut dengan santai dan berkata pendek, *_“ Lha wong sudah dipakai, gimana sih.”_*
*_Kepentingan Pilpres 2019_*
Mengapa pemerintahan Jokowi begitu berambisi mengejar pembangunan proyek infrastruktur dan hingga harus mengabaikan aneka macam faktor? Mulai dari keseimbangan neraca keuangan pemerintah, hingga dengan hal yang sangat mendasar duduk kasus keselamatan pekerja, dan juga keselamatan publik penggunanya?
Hal itu sepertinya bersahabat kaitannya dengan *Pilpres 2019.* *Infrastruktur akan menjadi “jualan” utama dalam kampanye Jokowi. Para pendukungnya sering membangga-banggakan betapa dahsyatnya pembangunan infrastruktur di masa Jokowi dibanding masa SBY.*
Total ada *245 proyek infrastruktur* yang masuk dalam *Proyek Strategsi Nasional (PSN).* Hingga simpulan 2017, gres 26 PSN yang rampung. Padahal, Pemerintah menargetkan *170 proyek rampung pada 2020.*
Tahun ini Pemerintah menargetkan *50 proyek selesai.* Tahun *2019* ditarget *56 proyek selesai* dan *2020* sebanyak *23 proyek selesai.*
Dalam aneka macam survei juga mengatakan masyarakat sangat puas dengan pembangunan infrastruktur di masa Jokowi. Isu ini diperkirakan dapat menggantikan jualan utama Jokowi yang dapat membawanya ke puncak kekuasaan, yakni *“kesederhanaan,”* Isu tersebut kini sudah mulai tidak laku.
Bila berhasil, proyek infrastruktur juga dapat menutupi kelemahan pemerintah pada *tiga gosip utama:* duduk *kasus kekerabatan dengan umat Islam,* *utang Pemerintah yang terus menggunung,* dan *membanjirnya pekerja Cina yang tiba bersamaan dengan derma dana proyek infrastruktur.*
Namun gejala bahwa proyek infrastruktur juga akan mengalami kegagalan membayang di pelupuk mata, seiring banyaknya terjadi kecelakaan kerja. Proyek infrastruktur ialah *pertaruhan terbesar bagi masa depan politik Jokowi.* Bila proyek ini juga gagal, lantas apalagi yang dapat dijual Jokowi kepada para pemilih?
Jangan hingga terjadi menyerupai dikatakan oleh _Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat_ *Fahri Hamzah,* *_“Pemerintahan sebelumnya kebanyakan mikir, tapi tidak kerja. Sebaliknya pemerintahan Jokowi, hanya fokus kerja….kerja….kerja…. tapi tidak mikir."_*
Penulis: *Hersubeno Arief,* _Konsultan Media dan Politik_

No comments: