Sunday, February 25, 2018

Memaafkan yang Melanggar

Memaafkan yang Melanggar
*****
(1)
Cekcok atau perbedaan pendapat tidak seharusnya menjadi penghalang ikatan hati (irtibath alqulub), cinta dua arah (tabadul alhubb) dan kerjasama dalam kebaikan (at-ta'awun 'alal khair).
(2)
Mereka yang melanggar tetap saja berhimpun antara kita dan mereka kesamaan dalam bingkai Islam yang tegas dan jelas batasannya.
(3)
Islam yang cakupannya luas. Bukankah kita Muslim dan mereka juga Muslim?
(4)
Bukankah kita merindu vonis tumakninah dalam diri kita dan mereka pun merindu hal sama?
(5)
Bukankah kita ingin diperlakukan dengan penuh cinta sebagaimana saudara-saudara yang lain pun merindukan hal sama?

(6)
Lalu hal apa yang membuat kita berfriksi?
(7)
Mengapa kita tidak open mind, menjadikan pendapat kita layak sebagai objek kritik dan analisa sebagaimana pendapat mereka kita berlakukan sama?
(8)
Mengapa sulit sekali kita saling menebar kesepahaman dalam bingkai iklim nan bersih dan penuh cinta? Bukankah seruan saling bersepaham itu sangat jelas terdengar?
(9)
Jika di kalangan para sahabat saja ikhtilaf terjadi, padahal mereka generasi yang lebih dekat dengan kenabian? Mengapa kita saling sikat, saling sikut untuk perbedaan dalam hal-hal lumrah yang tidak berbahaya sama sekali?

No comments: