MENGAPA HARUS AHER ?
Oleh : Abu Rayyan
Beberapa waktu lalu, DPP PKS merilis calon presiden ataupun wakil presiden yang akan diajukan dalam konstentasi pilpres 2019.
Ada sekitar 9 calon nama yang ditampilkan, salah satunya adalah Aher, yang saat ini masih menjabat gubernur jawa barat sampai akhir tahun 2018 nanti.
Tulisan ini tidak bermaksud menafikkan 8 calon yang lain dari nama yang sudah beredar dikalangan kader PKS, tetapi Aher memiliki daya tarik tersendiri dari beberapa calon tersebut.
Aher adalah sosok calon presiden atau wakil presiden yang layak untuk diunggulkan, karena terbukti telah berhasil memimpin daerah yang lebih kecil, yaitu sebagai gubernur.
Memang masih ada Prof. Irwan Prayitno yang juga sama-sama sukses menjadi gubernur di wilayah masing-masing, tetapi Aher masih memiliki popularitas lebih sedikit dibandingkan Prof.
Calon lain? Beberapa “hanya” berhasil sebagai ketua MPR, menteri dan pemimpin di DPP PKS sendiri, yaitu sebagai presiden partai.
Pembawaan kalem dari Aher sungguh menyejukkan bagi masyarakat, hampir tidak pernah terlihat beliau “berapi-api” dan mampu menjaga emosi dalam memimpin.
Berbicara prestasi, siapa yang tidak mengenal Aher sebagai pemimpin. Lebih dari 234 penghargaan selama memimpin Jawa Barat (Republika online, 19 Agustus 2017) adalah bukti, dan kemungkinan masih bisa bertambah sampai akhir jabatannya.
Kehidupan keluarganya? Aher adalah sesosok pemimpin keluarga yang sukses pula. Istri satu (kalo poligami akan menjadi sasaran empuk lawan-lawan politik, terutama pemilih emak-emak), anak-anaknya sholih dan sholihah.
Bahkan pernah terdengar kabar beberapa bulan Ramadhan lalu, bahwa ada anak kecil yang i’tikaf beberapa hari di masjid, ternyata itu adalah anak gubernur Jawa Barat. Siapa lagi kalau bukan anak Kang Aher.
Berbicara konstentasi pemimpin Jawa atau Luar Jawa, sebenarnya Aher berada di tengah-tengah. Dikatakan Jawa ya bukan, dikatakan luar jawa juga bukan.
Secara geografis memang Jawa Barat berada di pulau Jawa, tetapi secara historis, sosiologis dan budaya Jawa Barat sudah terlepas dari Jawa.
Masih ingat jaman kerajaan Majapahit dulu, seorang mahapatih Gadjah Mada sangat kesulitan menakhlukkan kerajaan Pasundan dalam rangka penyatuan Nusantara.
Akhirnya dengan cara-cara yang “licik” lah kerajaan Pasundan bisa ditakhlukkan Majapahit dengan mahapatih Gadjah Mada dan pasukannya di lapangan bubat dan terkenal dengan perang bubat.
Mungkin hingga sampai saat ini terdengar cerita bahwa di Bandung dan kota-kota di Jawa Barat tidak ada jalan Gadjah Mada, mungkin karena “kesalnya” orang sunda dengan mahapatih tersebut.
Saat ini, pola pemilihan pemimpin (presiden), rakyat sudah cerdas. Mereka lebih memilih track record pemimpin yang telah sukses dalam memimpin daerahnya. Bukan memilih seperti kucing dalam karung.
Contoh paling gres adalah kemenangan presiden Jokowi dalam pilpres 2014 lalu yang dianggap “sukses” oleh beberapa pihak dan berhasil booming dengan media-media mainstreamnya akhirnya mengalahkan Prabowo.
Bagaimana PKS mendatang di tahun 2019 dapat melawan Jokowi yang incumbent? Selayaknya kang Aher dikedepankan untuk maju berkoalisi dengan partai lain (keharusan berkoalisi), untuk melawan Jokowi yang kemungkinan akan maju lagi.
Aher adalah sosok pemimpin yang dicari saat ini oleh rakyat Indonesia. Kalem, bersahabat, sejuk dan tentunya berprestasi.
Aher terbukti berhasil memimpin masyarakat yang heterogen (umum), tidak "hanya" berhasil memimpin masyarakat homogen (partai).
Salam SEMANGAT INDONESIA ...
#Abu Rayyan
Sobat 4her4presiden dari Bojonegoro.
No comments:
Post a Comment