Saturday, February 3, 2018

KETIKA MALAIKAT MEMBANTU MANUSIA

Hasil gambar untuk KETIKA MALAIKAT MEMBANTU MANUSIA

Suatu ketika Sayyidina Ali bin Abi Tholib Karrom Alloohu Wajhah baru saja pulang dan berkata kepada istrinya, Sayyidah Fathimah Az-Zahro RodhiyAlloohu 'Anhu :

"Wahai wanita yang mulia, apakah kamu mempunyai makanan untuk suamimu ini ?"

Sayyidah Fathimah berkata :
"Demi ALLAH, aku tidak mempunyai sesuatu (makanan apapun), tetapi ini ada enam dirham (uang perak), hasil kerjaku dan Salman (Al-Farisi) memintal bulu-bulu domba milik orang Yahudi. Rencananya akan kubelikan makanan untuk Hasan dan Husain !"

Begitulah memang keadaan Sayyidina Fathimah Az-Zahro, putri kesayangan Rosululloh Shollalloohu 'alaihi Wasallam itu dan keluarganya. Sebenarnya kalau saja mereka mau, mudah saja bagi mereka untuk mengumpulkan harta dan hidup bergelimang kemewahan dunia.

Tetapi seperti halnya Rosululloh Shollalloohu 'alaihi Wasallam, mereka memilih untuk Zuhud dalam kehidupan dunia ini. Tidak jarang Sayyidah Fathimah dan Sayyidina Ali bekerja menimba air untuk menyiram kebun kurma milik orang-orang Yahudi, memintal bulu-bulu domba, memilah-milah kurma dan lain-lainnya.

Inilah gambaran kehidupan seorang wanita, yang Nabi Shollalloohu 'alaihi Wasallam pernah bersabda :

"Penghulu kaum wanita di Syurga adalah Fathimah Az-Zahro !"

Mendengar jawaban istrinya itu, Sayyidina Ali berkata :

"Biar aku saja yang membeli makanan itu !"

Maka Sayyidah Fathimah menyerahkan uang enam dirham itu kepada Suaminya, yang segera saja pergi meninggalkan rumah.

Tetapi dalam perjalanan untuk membeli makanan itu, Sayyidina Ali bertemu seorang lelaki yang berkata :

"Siapakah orang yang mau meminjami TUHAN Yang Maha Pengasih, DZAT yang selalu Menepati Janji ?"

Tanpa berfikir panjang, Sayyidina Ali menyerahkan uang enam dirham hasil kerja istrinya itu kepada lelaki itu. Ia bukannya tidak ingat kalau keluarganya sedang kelaparan, terutama kedua anaknya yang masih kecil, tetapi demikianlah memang didikan dan contoh yang diberikan Rosululloh Shollalloohu 'alaihi Wasallam.

Bagi umumnya orang mungkin tidak mengapa jika 'mengurangi kadar' atau kualitas dari yang dicontohkan Nabi Shollalloohu 'alaihi Wasallam, sebatas kemampuan masing-masing, tetapi tidak bagi Sayyidina Ali.

Sejak balita beliau diasuh Nabi Shollalloohu 'alaihi Wasallam, bahkan kemudian dinikahkan dengan putri kesayangan beliau, kalau ia 'bergeser' terlalu jauh dari didikan Nabi Shollalloohu 'alaihi Wasallam, tentulah telah menjadi kesalahan besar baginya.

Setelah itu Sayyidina Ali segera kembali ke rumah, dan Sayyidah Fathimah menyambutnya dengan menangis ketika melihatnya tidak membawa apa-apa.

Sayyidina Ali berkata :
"Wahai wanita mulia, mengapa engkau menangis ?"

Sayyidah Fathimah berkata :
"Wahai Ali, engkau pulang tanpa membawa sesuatu ?"

Sayyidina Ali berkata :
"Wahai wanita mulia, aku meminjamkan uang itu kepada ALLAH !"

Tanpa penjelasan lebih banyak, maklumlah Fathimah apa yang terjadi, maka ia berkata :
"Sungguh, aku mendukung sikapmu itu !"

Tidak tahu lagi apa yang harus dilakukannya, Sayyidina Ali segera keluar rumah dengan maksud menemui Nabi Shollalloohu 'alaihi Wasallam.

Tetapi di tengah perjalanan ia bertemu seorang Badui yang sedang menuntun seekor Unta. Si Badui yang tidak dikenalnya itu berkata :
"Wahai Abul Hasan, belilah Unta ini !"

Sayyidina Ali berkata :
"Aku tidak mempunyai uang !"

Si Badui itu berkata lagi :
"Belilah dengan tempo (pembayaran di belakang) !"

Sayyidina Ali berkata :
"Berapa ?"

"Seratus dirham !" Kata si Badui itu.

"Baiklah", Kata Sayyidina Ali. "Kubeli seharga seratus dirham dengan tempo !"

Si Badui menyerahkan Unta tersebut kepadanya dan berlalu pergi.

Sayyidina Ali tidak tahu apa yang harus dilakukannya dengan unta itu, tetapi beliau menuntunnya begitu saja. Tetapi belum jauh berjalan tiba-tiba muncul seorang Badui lain menghampirinya, dan berkata :
"Wahai Abul Hasan, apakah engkau ingin menjual Unta ini ?"

Tanpa berfikir panjang, Sayyidina Ali berkata :
"Ya !"

"Berapa ?" Tanya Badui itu

"Tigaratus dirham !" Kata Sayyidina Ali.

“Baiklah, kubeli seharga tigaratus dirham !”

Kemudian si Badui yang juga tidak dikenalinya itu membayar kontan tigaratus dirham, dan membawa pergi Unta tersebut.

Sayyidina Ali sangat gembira, segera ia membeli beberapa bahan makanan untuk keluarganya kemudian pulang.

Kali ini Sayyidah Fathimah menyambutnya dengan tersenyun, dan berkata :
“Wahai Abul Hasan, apa yang terjadi kali ini ?”

Dengan gembira Sayyidina Ali berkata :
“Wahai putri Rosululloh, ku Beli Unta seharga seratus dirham dengan tempo, dan ku Jual lagi dengan kontan seharga tigaratus dirham !”

Sayyidah Fathimah berkata :
“Aku mendukung sikapmu itu !”

Beberapa lama kemudian, Sayyidina Ali pergi menemui Nabi Shollalloohu 'Alaihi Wasallam sesuai dengan niat sebelumnya. Begitu ia masuk masjid, Nabi Shollalloohu 'Alaihi Wasallam tersenyum kepadanya dan bersabda :

“Wahai Abul Hasan, engkau yang bercerita, atau aku saja yang bercerita ?”

Tanpa tahu maksudnya, Sayyidina Ali berkata :
“Wahai Rosululloh, engkau saja yang bercerita !”

Nabi Shollalloohu 'Alaihi Wasallam bersabda :
“Berbahagialah engkau, Abul Hasan, engkau telah meminjamkan enam dirham kepada ALLAH, maka ALLAH memberimu tiga ratus dirham. Setiap dirhamnya di balas dengan limapuluh kali lipatnya.

Orang Badui yang Pertama menjumpaimu adalah Malaikat Jibril 'Alaihi Salam, sedang yang ke-Dua adalah Malaikat Mikail 'Alaihi Salam !”

Malaikat-Malaikat yang membantu manusia, tentunya atas se-izin dan perintah ALLAH  Subhanahu Wa Ta'aala, mungkin tidak hanya terjadi pada Rosululloh Shollalloohu 'Alaihi Wasallam dan Para Sahabat beliau seperti kisah di atas, atau juga pada Perang Badar, Hunain dan beberapa Peristiwa lainnya. Bisa saja itu terjadi di antara kehidupan kita sehari-hari, bisa dalam bentuk seseorang yang tidak dikenali, yang memberikan bantuan seperti peristiwa yang dialami oleh Sayyidna Ali bin Abi Tholib KarromAlloohu Wajhah. Atau mungkin seseorang yang dikenali memberikan bantuan, tetapi sebenarnya yang bersangkutan tidak melakukannya.
Hanya saja ALLAH memerintahkan Malaikat untuk menyerupakan diri dengan orang tersebut untuk memuliakannya, seperti yang terjadi pada seorang Tabi’in bernama Abdulloh bin Mubarak RodhiyAlloohu 'Anhu.

Walloohu A'lam

No comments: