Hakikat Manusia (Haqiqatul
insaan)
حقيقت الإنسان
Hakikat
manusia jika dirangkum dari dalil-dalil yang ada, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Makhluk
(yang diciptakan)
Sebagai makhluk, ia diciptakan di
atas fitrah Islam sebagaimana makhluk-makhluk yang lain. Sebagai manusia dia
tidak pernah menjadi malaikat yang tercipta dari cahaya. Namun ia juga bukan
iblis yang tercipta dari api. Dilihat dari fisiknya, ia termasuk makhluk lemah,
memiliki banyak sekali keterbatasan dan kekurangan. Ia juga bodoh.
Sepandai-pandainya manusia, ia tetap tidak dapat mengetahui rahasia yang belum
Allah bukakan untuknya. Ia juga tidak dapat berdiri sendiri. Bahkan untuk
kelangsungan hidupnya saja manusia sangat bergantung kepada pihak lain.
2. Mukkaram
(yang dimuliakan)
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan
manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” (QS. At Tiin: 4)
Betapapun ia
tercipta dari tanah liat atau air hina, akan tetapi Allah menghendaki agar ia
menjadi makhluk yang mulia. Hanya bestatus sebagai manusia saja, orang sudah
dipanggil al-mukkaram [yang dimuliakan]. Ini menunjukkan kekuasaan Allah yang
absolut. Dengan kekuasaan-Nya, makhluk yang tercipta dari tanah itu mendapat
tiupan ruh dari Allah swt. Di samping itu Allah juga memberikan berbagai
kelebihan padanya. Dalam hal penciptaan, ia diciptakan dengan penciptaan yang
paling sempurna. Akal merupakan kelebihannya yang paling istimewa. Bukan hanya
itu, alam semesta ini pun Allah tundukkan untuknya.
3. Mukallaf (yang diberikan beban)
"Dan ingatlah ketika Tuhanmu
berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan
Khalifah dimuka bumi"………. (QS. Al Baqarah: 30)
"Dan Aku tidak menciptakan jin
dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku" (QS. Ad Dzariyat: 56)
Sebagai makhluk yang telah di
istimewakan dengan berbagai kelebihan, manusia tidak dibiarkan tanpa tugas dan
tanggung jawab. Nikmat penciptaan dan berbagai kelebihan itu harus disyukuri
dengan melakukan ibadah secara benar dengan segala ketundukan dan keihklasan
kepada Allah yang telah memberikan nikmat-nikmat itu kepadanya. Potensi besar
yang diberikan kepadanya itu juga dimaksudkan agar ia mampu mengelola bumi ini
mewakili Allah mengatur kehidupan sesuai dengan yang dikehendaki-Nya. sebagai
khalifah ia tidak boleh bertindak sekehendaknya.
4. Mukhayyar
(yang bisa memilih)
"Sesungguhnya Kami telah
menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang
kafir." (QS. Al
Insan: 3)
Kalau Allah
menghendaki, manusia diciptakan tanpa akal dan fikiran sehingga ia tidak dapat
memilih apa yang hendak ia lakukan. Keistimewaan hati dan akalnya itu, manusia
menjadi makhluk pilihan sehingga ia bebas memilih dan menentukan nasibnya
sendiri. Akal dan kebebasan ini sebenarnya adalah ujian. Bila ia menggunakan akal
dan hatinya dengan baik, ia akan beriman kepada Allah. Bila ia kemudian sombong
dan menutupi nikmat itu, ia akan mengidap kekafiran. Orang kafir adalah musuh
Allah.
5. Majziy (yang diberikan balasan)
"Barang siapa yang mengerjakan
amal kebaikan seberat dzarrah pun niscaya dia akan mendapatkan balasannya. Dan
barang siapa yang mengerjakan amal kejahatan seberat dzarrah pun niscaya dia
akan mendapatkan balasannya pula" (QS. Az Zalzalah: 7 – 8)
Keberadaannya
sebagai makhluk yang diberi kebebasan untuk memilih itu bukan tanpa
konsekuensi. Sesungguhnya nikmat-nikmat yang telah dia terima sejak awal
penciptaan, berbagai kelebihan yang tidak diberikan kepada makhluk lain, dan
tugas yang dibebankan kepadanya itu akan diperhitungkan oleh Allah. Usainya
keberadaan manusia di dunia, Allah akan memberikan balasan secara adil dan
proporsional di akhirat berupa surga atau neraka. sebagian dari balasan itu
kadang diberikan di dunia. Satu kebaikan akan mendapat balasan sepuluh kali
lipat kebaikan atau berlipat-lipat sebagaimana yang Allah kehendaki. Demikian
pula yang buruk, ia akan mendapat balasan yang setimpal. Wallahu a'lam
No comments:
Post a Comment