MAU BAHAGIA ?

MAU BAHAGIA ? MULAI DENGAN QONAAH

Orang yang mendapatkan hidayah menerima segalanya apa adanya.

Suka dan duka adalah dinamika kehidupan. Bagaimana bisa merasakan suka bila tidak mengenal duka?

Meskipun suka dan duka memang berbeda watak, namun kedua nya berfungsi sama. Keduanya adalah ujian dalam kehidupan.

Rasa senang bertugas mengukur kadar syukur.  Rasa duka menakar kualitas sabar.

Setiap orang punya kebutuhan sekaligus keinginan. Kebutuhan bisa ada batasnya, namun keinginan tidak bisa dibatasinya.

Dalam buku saya, saya katakan bahwa keinginan itu seperti rumput ilalang, saat kemarau akan mati, namun bila hujan turun akan kembali tumbuh subur.

Itulah keinginan manusia, bila tidak ada penghasilan sepertinya mati, namun sebenarnya tidak.

Keinginan akan kembali timbul setelah kita kembali memiliki penghasilan.

Untuk membatasi keinginan kita harus berbekal iman. Persoalannya tidak sedikit orang yang berkeinginan namun tidak mengajak iman.

Mereka menduga bahwa mereka bisa berencana sekaligus menentukan keberhasilan dari usahanya.

Keinginan akan kemewahan adalah fantasi dunia. Kita tahu bahwa fantasi pastilah tidak nyata.

Keinginan yang satu dipenuhi, muncul keinginan  yang lain.

Keinginan yang satu diraih, lahir keinginan yang lain lagi. Keinginan yang lain lagi terwujud, maka akan pasti ingin lagi dan lagi.

Jika diikuti tidak akan pernah ada habisnya. Bermain fantasi adalah kedunguan. Itulah tabir penghalang kalbu untuk menuju jalan Allah.

Apa yang kita terima ini adalah pemberianNya, apa yang kita hasilkan adalah kepedulian Nya.

Selebihnya usaha yang belum berhasil ditangan kita, itupun sudah ditangan-Nya.

Jika penerimaan hati kita atas hasil dan tertundanya hasil sama damainya, itulah qonaah.

Disanalah akan ada bahagia. Jadi bila kita mau bahagia, mulailah dengan qonaah.

Dan sadari bahwa kehancuran ekonomi berawal dari keinginan yang tidak terkendali.

Semoga bermanfaat… Bila berkenan berbagi silahkan share…