Kekeliruan Fatal yang umum terjadi dalam menyikapi Gerhana :
Tidak adanya rasa Takut dan Khawatir
Saudaraku, takutlah dengan fenomena alam (Gerhana) ini.
Sikap yang tepat ketika fenomena gerhana ini adalah takut, khawatir akan
terjadi hari kiamat.
Bukan kebiasaan orang seperti kebiasaan orang sekarang ini
yang hanya ingin menyaksikan peristiwa gerhana dengan membuat album kenangan
fenomena tersebut, tanpa mau mengindahkan tuntunan dan ajakan Nabi shallallahu
’alaihi wa sallam ketika itu.
Siapa tahu peristiwa ini adalah tanda datangnya bencana atau
adzab, atau tanda semakin dekatnya hari kiamat. Lihatlah yang dilakukan oleh
Nabi kita shallallahu ’alaihi wa sallam:
عَنْ أَبِى مُوسَى قَالَ خَسَفَتِ الشَّمْسُ فِى زَمَنِ النَّبِىِّ
-صلى الله عليه وسلم- فَقَامَ فَزِعًا يَخْشَى أَنْ تَكُونَ السَّاعَةُ حَتَّى أَتَى
الْمَسْجِدَ فَقَامَ يُصَلِّى بِأَطْوَلِ قِيَامٍ وَرُكُوعٍ وَسُجُودٍ مَا رَأَيْتُهُ
يَفْعَلُهُ فِى صَلاَةٍ قَطُّ ثُمَّ قَالَ « إِنَّ هَذِهِ الآيَاتِ الَّتِى يُرْسِلُ
اللَّهُ لاَ تَكُونُ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ وَلَكِنَّ اللَّهَ يُرْسِلُهَا
يُخَوِّفُ بِهَا عِبَادَهُ فَإِذَا رَأَيْتُمْ مِنْهَا شَيْئًا فَافْزَعُوا إِلَى ذِكْرِهِ
وَدُعَائِهِ وَاسْتِغْفَارِهِ
Abu Musa Al Asy’ari radhiyallahu ‘anhu menuturkan, ”Pernah
terjadi gerhana matahari pada zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Nabi lantas berdiri takut karena khawatir akan terjadi hari kiamat, sehingga
beliau pun mendatangi masjid kemudian beliau mengerjakan shalat dengan berdiri,
ruku’ dan sujud yang lama. Aku belum pernah melihat beliau melakukan shalat
sedemikian rupa.”
Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam lantas
bersabda,”Sesungguhnya ini adalah tanda-tanda kekuasaan Allah yang
ditunjukkan-Nya. Gerhana tersebut tidaklah terjadi karena kematian atau
hidupnya seseorang. Akan tetapi Allah menjadikan demikian untuk menakuti
hamba-hamba-Nya.
Jika kalian melihat sebagian dari gerhana tersebut, maka
bersegeralah untuk berdzikir, berdo’a dan memohon ampun kepada Allah.”
Petuah Nabi SAW benar-benar tertanam dalam diri para
sahabat. Adanya fenomena gerhana menjadikan mereka ingat kepada Allah,
bertafakkur dan membayangkan bagaimana seandainya gerhana itu menjadi tanda
terjadinya kiamat yang mereka alami. Mereka khawatir jika gerhana itu menjadi
sebuah peringatan dari Allah akan turunnya bala, sehingga mereka pun kembali
kepada Allah dengan berdoa agar segala kemungkinan buruk tidak menimpa mereka.
An Nawawi rahimahullah menjelaskan mengenai maksud kenapa
Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam takut, khawatir terjadi hari kiamat.
Beliau rahimahullah menjelaskan dengan beberapa alasan, di
antaranya:
Gerhana tersebut merupakan tanda yang muncul sebelum
tanda-tanda kiamat seperti terbitnya matahari dari barat atau keluarnya Dajjal.
Atau mungkin gerhana tersebut merupakan sebagian tanda kiamat.
Syaikh Abdurrahman Al-Barrak menambahkan, “Gerhana bulan
atau matahari merupakan tanda-tanda alam yang Allah perlihatkan kepada manusia.
Agar dengan itu, mereka takut dan ingat akan fenomena yang terjadi pada hari
kiamat. Dimana Allah ta’ala menggambarkan dalam Al-Qur’an, ‘Yaitu apabila
matahari digulung, dan apabila bintang-bintang berjatuhan, maka apabila mata
terbelalak keluar (ketakutan, dan bulan pun telah hilang cahayanya, lalu
matahari dan bulan dikumpulkan’.”
*Semua itu adalah bentuk peringatan Allah agar manusia
takut.*Dan Nabi SAW adalah sosok yang paling takut kepada Allah ta’ala. Ketika
terjadi gerhana, rasa takut itu langsung muncul karena terbayang dengan kegoncangan
pada hari kiamat.
Hendaknya seorang mukmin merasa takut kepada Allah, khawatir
akan tertimpa adzab-Nya.
Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam saja sangat takut ketika
itu, padahal kita semua tahu bersama bahwa beliau shallallahu ’alaihi wa sallam
adalah hamba yang paling dicintai Allah.
Sementara itu, kita sering melupakan hal itu. Sehingga
ketika muncul gerhana, tidak ada yang terbayang dalam benak kita kecuali hanya
fenomena alam semata. Bahkan kita merasa senang ketika bisa menyaksikannya
secara langsung, tanpa ada rasa khawatir sekalipun. Sebagian masyarakat kita
terlihat lebih sibuk membawa kamera dan berfoto ria pada momen-momen tersebut.
Semuanya kita pandang lewat kacamata kajian ilmiyah tanpa
mau tahu peristiwa yang bakal terjadi pada hari kiamat. Inilah salah satu
bentuk tanda hati yang keras dan jarang memikirkan akhirat. Rasa takut kepada
peritiwa hari kiamat jarang terbayang dalam jiwa, dan tidak mengetahui tujuan
ditetapkannya syariat serta bagaimana kekhawatiran Nabi SAW saat mengalami
peristiwa tersebut.
Lalu mengapa kita hanya melewati fenomena semacam ini dengan
perasaan biasa saja, mungkin hanya diisi dengan perkara yang tidak bermanfaat
dan sia-sia, bahkan mungkin diisi dengan berbuat maksiat? Na’udzu billahi min
dzalik.
Rasulullah SAW dan para sahabatnya menghadapi kekhawatiran
itu dengan mengerjakan shalat. Dengan harapan, jika hal itu berujung kepada
terjadinya hari kiamat, maka mereka mengakhiri hidupnya dalam ketaatan kepada
Allah. Namun apabila tidak, maka shalat itu tidak membuat diri mereka rugi,
bahkan mendapatkan pahala yang besar dan menjadikan mereka tergolong bersama
dengan orang-orang yang takut kepada Allah.
Semoga kita mampu mengambil pelajaran
*Dikutip dari bbrp sumber
Wallohu a'lam
No comments:
Post a Comment