
Penolakan adalah bagian dari hidup, tak peduli seberapapun hebatnya seseorang. Yang lebih penting untuk dipikirkan lebih lanjut adalah bagaimana menghadapinya.
Saking umumnya penolakan, kita bahkan kerap tak menganggapnya demikian. Misal, saat teman tak mau diajak pergi, atau kerabat tak kunjung membalas pesan Anda.
Namun, memang ada orang-orang yang lebih perasa, seperti mereka yang sakit hati saat rekan kerja tak tertawa atas lelucon yang mereka lontarkan.
Untuk dapat mengatasi penolakan dengan baik, ada baiknya memahami mengapa penolakan terasa menyakitkan. Secara ilmiah, para ilmuwan telah menemukan jawaban bahwa penolakan mengaktifkan bagian otak yang sama dengan saat seseorang merasakan sakit fisik.
Dalam sebuah studi, periset merekrut 40 orang yang belum lama patah hati, lalu memindai otak mereka dengan MRI. Saat mereka memperlihatkan foto mantan pasangan pada orang-orang dan meminta mereka untuk membayangkan seperti apa rasanya ditolak, otak para partisipan riset beraksi, tepat di bagian secondary somatosensory cortex dan dorsal posterior insula--bagian otak sama dengan yang diaktifkan oleh sensor rasa sakit.
"Hasil riset ini memberi makna baru atas gagasan bahwa penolakan itu menyakitkan," tulis para periset
Salah satu penjelasan atas temuan ini adalah bahwa penolakan dari cinta tak berbalas merupakan jenis penolakan yang lebih intens daripada yang telah diukur dalam penelitian lain. Sehingga, menurut para periset, intensitas penolakan ini mungkin telah menyebabkan efek yang bergeser dari sakit emosional ke sakit fisik.
Memahami penolakan, menurut psikolog Dr. Carmen Harra dimulai dengan mengakui nilai diri sebagai seorang manusia. Untuk mengubah kesan yang dirasakan atas penolakan, seseorang perlu memupuk rasa percaya diri, yakinlah bahwa Anda berharga.
Satu-satunya alasan Anda begitu menderita akibat penolakan adalah karena merasakan adanya ikatan emosional dengan orang tersebut. Penolakan jadi beban saat Anda menaruhnya di pundak, menyalahkan diri sendiri. Diam-diam yakin ada yang salah dengan diri Anda hingga ditolak.
Padahal sering kali Anda bukanlah alasan di balik penolakan. Ketahuilah bahwa orang yang menolak Anda punya masalahnya sendiri, hingga melakukan penolakan. Penolakan, terutama yang kasar kerap kali merupakan manifestasi dari kurangnya toleransi.
Jadi yakinlah bahwa penolakan tersebut adalah karena alasan yang lebih besar, yang akan
Anda ketahui pada saatnya. Apalagi jika mengingat bahwa penolakan adalah bagian dari hidup, maka seharusnya Anda tak perlu merasa bahwa ini merupakan rasa sakit baru yang belum pernah Anda alami sebelumnya.
Alih-alih merasa terpuruk dan larut dalam sakit hati, jadikan penolakan sebagai kesempatan untuk berkaca kembali, menyingkirkan ego dan introspeksi diri. Bukan tak mungkin penolakan dapat mengilhami pemikiran kreatif seperti diungkap dalam studi di Johns Hopkins University.
Bagaimanapun cara Anda menghadapi penolakan, ingatlah bahwa kebahagiaan adalah sesuatu yang dapat Anda ciptakan sendiri. Seseorang bisa berkontribusi terhadap kadar kebahagiaan Anda, tapi mereka tak bisa jadi satu-satunya sumber kebahagiaan. Anda lah penentu, ingin bahagia atau tidak.
No comments:
Post a Comment