Thursday, January 18, 2018

Cemburu pada Adik

Hasil gambar untuk Adik.

Studi kasus: Cemburu pada Adik.
By: Ida Nur Laila

Beberapa kali atau bahkan sering datang pertanyaan pada kami, dari mahmud alias mamah muda. Saat mulai hamil anak ke dua, anak pertama mulai agar rewel atau berulah. Setelah anak kedua terlahir terkadang keadaan tidak membaik, justru memburuk. Berikut saya angkat salah satunya.

"Bagaimana bu, anak pertama saya sering marah-marah enggak jelas, bahkan ia sangat membenci ayahnya. Ayahnya selalu salah dan dimarahi terus!"
"Anak usia berapa bu?"
"3,5 tahun bu, barusan punya adik usia 2 bulan."


Saya mencoba mendalami dengan lebih banyak menggali, hingga sampai pada kesimpulan bahwa anak ini sebenarnya tengah merasakan stress akibat kelahiran adiknya. Dulu ia telah berhasil dalam toilet training, sekarang mulai mengompol lagi. Bahkan bukan hanya saat tidur, kata ibunya, seolah menyengaja, mengompol dimanapun.

Kadang memukul adiknya tanpa sebab yang jelas. Dan yang sangat mengganggu adalah sikapnya pada ayahnya. Ayahnya tak pernah beres dimatanya, semua hal salah dan sering dimarahi. Jika tidak tepat berespon, bahkan anak menjadi tantrum dan mengamuk.
Mamah muda ini makin cemas karena terkadang suaminya terbawa emosi dan berbuat kasar pada anak pertamanya. Ujung-ujungnya mereka bertengkar karena ia memprotes sikap suaminya. Waah makin runyam ya, saat suaminya jengkel dan menarik diri tak mau mengurusi anak pertama, karena khawatir terpicu amarah.

Jadi, bagaimana keluar dari situasi ini?

Saya sampaikan pada bunda tersebut, bahwa segala sesuatu bermula dari kondisi ruhiyah orang tuanya. Spiritualitas yang tinggi akan membuat orang tua punya kontrol emosi yang baik. Seperti apapun tingkah anak, maka ortu akan tetap dapat mengendalikan emosinya.
Maka saya sarankan ayah bunda muda ini untuk bertaubat dan mendekat pada Allah dengan ibadah yang makin baik.

Yang kedua, kemunduran anak nampak sejak adiknya lahir. Bisa jadi sikap orang tua yang kurang tepat dalam mengkondisikan kakak kecil ini atas kehadiran seorang adik. Bagaimana memperkenalkan adiknya pada kakak dan bagaimana memperlakukan kakak setelah memiliki adik. Tentu bukan hal yang mudah peralihan dari pusat perhatian menjadi terpinggirkan. Kemarahan kakak pada ayah bisa jadi karena selama ini ayah kurang terlibat atau memahami 'bahasa' kakak yang masih terbatas secara verbal. Ayah gagal menangkap maksud dan berkelanjutan hingga anak makin kecewa. Saat anak belum bisa mengekspresikan emosinya, munculnya adalah kemarahan.

Maka saya sarankan perubahan sikap pada kakak, lebih melibatkan kakak dalam semua aktivitas sebagai pelaku utama. Banyak memeluk dan menciumnya. Ayah dan ibu, perlu meminta maaf pada kakak dan mengajak memulai dari awal lagi. Penting kekompakan ayah ibu. Jika ayah mulai emosi, ibu harus tanggap dan mengambil alih kakak. Ayah bisa pegang adik dulu.

Emosi penghuni rumah saling mempengaruhi. Apalagi suasana kejiwaan. Anak bercermin dari orang tua. Jika orang tua gagal menjadi cermin positif, maka dampaknya sungguh panjang. Tugas orang tua merawat jiwa anak dan memberikan wahana tumbuh yang tepat.

Maka, suami istri bersinergilah untuk membangun ruang psikologis yang nyaman untuk seluruh keluarga dan suasana ruhiyah untuk selalu terhubung dalam rahmat dan kasih sayangNya.

Amiin.

No comments: